Total Tayangan Halaman

Jumat, 18 November 2011

cerpen


       TOPENGMU TERBONGKAR KAU TAK TAHU 
oleh: Hayyun Nihayah


Namaku Ani, aku tinggal di sebuah desa yang sejuk tiada polusi dengan hati yang penuh kebebasan selama hidupku aku ditemani tiga orang kakakku dan kedua orang tua yang sangat menyayangiku. Tiba-tiba kulihat Bibi datang dan mengawali pembicaraan dengan Ibuku.
“ Mbak, gimana kalau Ani itu tak rawat saja?”
“ Lha memangnya kenapa?” tanya Ibuku penasaran.
“ Aku kok kasihan mbak sama Ani tidak ada yang ngawasi kalau siang main sampai ke sungai, panas-panasan kurang perhatian dari mbak.” Jawab Bibi.
“ Memang bener sih, aku ke pasar terus pulang sore lagi pula kakak-kakaknya juga pada sekolah, ya sudah rawat saja jaga Ani baik-baik .” jawab Ibuku setuju.
          “ Iya mbak.”    
Keesokan paginya pun aku mulai tinggal di rumah nenek yaitu dimana Bibiku tinggal, hari-hariku bersama Bibi sangatlah menyenangkan, tiada kesedihan yang berarti dalam hidupku sekarang. Hari ini kami berdua ingin jalan-jalan
“ Ani, ayo berangkat nanti keburu siang!” terdengar suara keras Bibi sampai ke kamar.
“ Iya bi, bentar ni aku sudah siap.” Jawabku sambil menghampiri Bibi keluar. Dan kami pun segera berangkat menuju tempat wisata, itulah kegiatan yang kami lakukan

karena Bibi masih sendiri jadi kami bisa pergi kemana saja berdua.
          Selain kebahagiaan itu juga Bibi tidak pernah mengacuhkanku Bibi selalu mendandaniku sebelum sekolah, mengantarku ke sekolah, menunggui aku belajar pokoknya, sangat sempurna sampai-sampai aku berfikir bahwa Bibi adalah orang yang paling peduli dengan aku dibandingkan dengan Ibuku sendiri yang selalu sibuk bekerja.
          Tiga tahun berlalu begitu cepat, Bibi pun menemukan tambatan hatinya yaitu paman Doni yang kemudian menikahinya dan juga tinggal bersamaku di rumah nenek. Dibalik itu semua sebenarnya aku menyimpan suatu perasaan yang menolak pernikahan Bibiku karena aku khawatir kehilangan perhatian Bibi setelah dia berumah tangga. Ku lihat keluarga paman Doni yang berkunjung ke rumah untuk menjenguk Bibi yang baru saja melahirkan anak pertamanya.
“ Ayo kemari kalau mau minta jajan .” tawaran paman Doni pada keponakannya kecuali aku mungkin dia tidak pernah ingin menganggapku sebagai ponakan, dia membiarkan aku begitu saja tanpa menawariku jajan padahal aku berada di sekitar warung itu .
          Setelah Bibi mempunyai anak, Bibi tidak pernah memperhatikan aku lagi, dia acuh dan sama sekali tak peduli lagi denganku. Perasaan yang aku rasakan saat ini hanyalah kekangan dari Bibi yang membuat aku sangat sedih. Dan pada suatu hari Bibi membentakku dengan suatu alasan yang tidak jelas.
“ Ani........! apa yang kamu lakukan.” Tanya Bibi mendekatiku.
“ Apa? Aku tidak melakukan apa-apa.” Jawabku dengan penuh rasa takut.
“ Bibi kan sudah pernah bilang kamu jangan pernah ke warnet lagi!”
“ tapi kenapa Bi?” tanyaku meminta penjelasan.
“ Ah sudah jangan banyak tanya, kamu itu tinggal di rumahku jadi, kamu jangan pernah menentang peraturanku.” Kata Bibi dengan nada yang keras tanda kemarahan.
“ tapi Bi? Saya ke warnet untuk buat tugas sekolah masak dak boleh?” kataku membela diri.
“ Bibi bilang tidak ya tidak, jangan banyak alasan lagi, sudah sana cuci piring.”
“ Ah.....Bibi ma gitu!” kataku pelan sambil menuju ke tempat cuci piring. Aku terus memikirkan sambil bertanya-tanya kenapa Bibi selalu bersikap acuh padaku dan selalu melarangku setiap aku mau pergi ke warnet, padahal menurutku tidak ada yang salah kok, toh aku juga tidak merugikan Bibi, aku menggunakan uang orang tuaku sendiri selama ini.
          Malam itu aku merasa sangat kepanasan untuk itu aku mencoba mencari angin diluar kamar, dan ketika aku melintas di kamar Bibi terdengar Bibi dan Paman sedang bicara.
“ Mah, kenapa Ani itu tidak di pulangkan saja kepada ibunya sih?” kata Paman Doni mengawali pembicaraan.
“ Papah itu gimana to? Memangnya papah pikir aku suka jika si Ani itu tetap tinggal disini aku itu sudah muak sama mukanya itu, apalagi ibunya uuu.....hh!! rasanya mau aku bunuh saja dia.” jawab Bibi meluapkan isi hatinya.
“ Lha memangnya kenapa sih Mah, kok sepertinya Mamah sangat benci sama ibunya si Ani padahal, kalau aku lihat Mamah selalu ramah kok sama dia seperti tidak ada masalah apa-apa?”
“ Asal papa tahu saja sebenarnya aku sangat membenci  ibunya si Ani itu dia telah merenggut semua impianku.” Jawab Bibi.
“ Kok bisa gitu?” tanya paman Doni semakin penasaran.
“ Gara-gara dia dikursuskan menjahit dan sekolah SLTA aku tidak pernah dibiyayai Pa’e mondok, aku berjuang sendiri untuk mondok aku tak pernah bisa makan mie ayam cuma mie ayam, aku merasa tidak rela dengan semua itu, semua itu begitu menyakitkan bagiku.”
“ Lalu, apa hubungannya dengan Ani?” tanya paman Doni lagi tidak mengerti.
“ Aku sedang menjalankan rencana besar, papah kira aku mau mungut dia sejak kecil tanpa sebuah misi.”
“ Misi apa? tanya paman Doni semakin tidak mengerti.
“ Misi untuk sebuah visi balas dendam, aku akan menggunakan cara yang sangat halus untuk misi ini, pertama-tama aku sudah berhasil menanamkan ke dalam otaknya Ani agar dia membenci Ibunya yang hanya sibuk bekerja, kedua dengan begitu sudah pasti Ani tidak akan pernah menuruti Ibunya dan dia hanya akan menuruti aku dan itu membuat aku sangat sempurna untuk mudah mengendalikannya, menjauhkannya dari sebuah tekhnologi yang membuatnya modern karena aku ingin Ani menjadi anak yang tidak lebih pintar dari anak semata wayang kita, dengan begitu aku akan melihat Ibunya menderita memikirkan anaknya yang tidak pernah mendengarkan nasehatnya, dan sangat jauh dari tekhnologi hingga dia sakit dan mati perlahan-lahan huuu.....h! sangat sempurna sekali.” Jelas Bibi panjang lebar.
“ pah......pah, ah....gimana sih papah diajak omong tapi malah ditinggal tidur.” Kata Bibi kesal pada Paman. Dan kemudian aku pun kembali ke kamar sambil menangis tak percaya menghadapi kenyataan jika ternyata Bibi yang selama ini aku banggakan ternyata berhati sangat busuk.
          Keesokan harinya aku pergi pulang ke rumah dan mulai berbicara dengan Ibu.
“ Bu, aku ingin pulang ke rumah saja lah.”
“ lha ada apa?” tanya Ibu meminta penjelasan.
“ Dak ada apa-apa aku hanya ingin suasana baru aja, boleh ya bu?” kataku mencoba membujuk.
“ Ibu sih terserah kamu saja.” Jawab Ibu melegakan hatiku.
“ makasih Bu?” kataku sambil pergi untuk mengemasi barangku di rumah nenek.
Tapi aku tidak pernah ingin berpamitan dengan Bibi, aku dak mau jika harus mengatakan kalau aku mengetahui topeng keburukan Bibi yang selama ini tertutup. Akhirnya aku memutuskan untuk kabur lewat gerbang secara diam-diam dan aku pun tidak pernah kesana lagi walaupun hanya sekedar untuk bermain.   
          Setelah itu aku mulai menata hidupku untuk menentukan masa depanku sesuai dengan apa yang aku cita-citakan, tapi aku tidak pernah menceritakan keburukan Bibiku pada orang lain termasuk Ibuku, karena aku tidak pernah ingin memecah belah keluarga Ibuku.
 Dan Bibiku seperti biasa baik di depan tapi buruk di hati, jika dirasakan memang sangat geli Bibi berusaha suka dengan keluargaku padahal tanpa dia sadari bahwa aku sudah tahu topengnya. Tapi tetap saja aku tidak pernah akan bisa melupakan apa yang diperbuat Bibi kepadaku, karena itu sangat menyakitkan bagiku.